Di Indonesia, penyakit gagal ginjal menempati peringkat ke-4 penyakit yang banyak membunuh orang Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya minum air putih.
Nah oleh sebab itu, kita peduli dan membantu mengurangi resiko gagal ginjal di masyarakat kampung halaman kita, yang kita sebut Hometown Project.
Hometown Project sendiri ada di 20 Kota yang tersebar di 11 provinsi di Indonesia. Cari tau lebih lanjut di @hometownprojectnational!
Click aiesec.or.id/htp18 to be part of it!
#HometownProject2018
#KindneysLampungProject
Authorized
π
Mahasiswa UI Raih Gelar Bergengsi di HNMUN Ke-61
Mahasiswa Universitas Indonesia, Andhika Putra Sudarman (FHUI 2011), berhasil mendapatkan penghargaan “Honorable Mention” di The 61st Harvard National Model United Nations (HNMUN) yang berlangsung pada 12—15 Februari 2015 di Boston Marriott Copley Place, Massachusetts, Amerika Serikat. HNMUN adalah simulasi sidang PBB tertua, terbesar, dan paling prestisius di dunia yang diikuti oleh lebih dari 50 universitas setiap tahunnya.
Dalam kompetisi ini, setiap mahasiwa mewakili satu negara dalam membahas suatu isu atau topik terkini dunia yang telah ditentukan oleh panitia HNMUN. Dalam sesi High-Level Political Forum on Sustainable Development tahun ini, Andhika mewakili negara Yunani membahas isu water management and security.
Indikator yang dinilai dalam HNMUN di antaranya meliputi kualitas kepemimpinan, kualitas pidato yang dibawakan, kemampuan bernegosiasi, kualitas makalah, kualitas draft resolution, dan kualitas ide yang disampaikan selama debat berlangsung.
Menurut Andhika, ada tiga hal yang menjadi kunci kemenangannya dalam HNMUN kali ini. Yang pertama adalah ketenangan. “Ketika kita khawatir, kita jadi tidak percaya diri dan akhirnya perfoma kita pasti jatuh. Jangan sampai hal itu terjadi. Anggap saja nothing to lose. Kita akan merasa punya everything to win ketika kita bersikap seperti itu,” ungkapnya dalam wawancara dengan UIupdate lewat surel pada Kamis (19/3/2015).
Kunci kemenangan kedua adalah penguasaan materi dan topik. “Kita hanya bisa yakin dan percaya diri ketika kita sudah menguasai materi. Kemampuan formil [sic!] hanya akan menjadi baik ketika penguasaan materi sudah sempurna. Jadi, menguasai materi itu sangat penting,” tambahnya.
Kunci yang ketiga adalah tidak mudah putus asa. “Tidak sedikit orang kita yang biasanya sudah menyerah menghadapi kondisi yang susah dan sulit, tapi saya tidak” ungkapnya.
Setelah kemenangannya di HNMUN, saat ini Andhika sedang sibuk menimba ilmu di Jepang dalam rangka pertukaran pelajar. Di tengah-tengah kesibukannya di Jepang, Andhika meluangkan waktunya untuk menulis dua buku, yaitu Buku Harian Mapres: Catatan dan Panduan Menjadi Mapres Nasional dan Motivasi Masuk PTN: Bagaimana Menumbuhkan Motivasi untuk Sukses.
π
Universitas Gadjah Mada took part in the Harvard National Model United Nations (HNMUN) in Boston, U.S., from 11-14 February 2016. Four students representing UGM in the event were Nela Navida (Economics 2013), Muhammad Hafiz Noer (Politics and Government Studies 2014), Edward Giordan (Tourism 2014), and Dipo Bijak Muhammad (Law 2014). They had the chance to carry out negotiation and diplomacy skills in that event.
Harvard National Model United Nations (HNMUN) is a simulation of UN sessions to train students in lobbying, negotiation, and diplomacy skills such as those carried out in a real UN session. It involves over 3,000 university students coming from 70 states.
Nela said in the HNMUN delegates did simulations that were divided into several committees. She joined the World Conference on Women council, Muhammad Hafiz and Dipo Bijak Disarmement and International Security Committee council, while Edward Giordan Socio Humanitarian and Cultural council.
“In the HNMUN delegates from each country participate in a simulation of international negotiation and diplomacy like the one done in a real UN session. I joined the committee on sexual and reproductive health, representing Macedonia,” she said on Monday (29/2) at Faculty of Economics and Business UGM.
Previously, Nela and fellow students had to go through a rigorous selection at university level. Firstly, they went to the UGM MUN Club competing with 100 UGM students from various faculties. After being selected to university level, they had to submit documents and produce essays, and they passed the selection.
During the HNMUN, there was also Social Venture Challenge (SVC) that opened opportunities for young generation to present their ideas or innovation on social projects designed by each delegates. The project was expected to give social impact on society in the future.
For the SVC Nela submitted a project entitledSago-chips House Production for Mama in Supiori, Papua, Indonesia that was able to go to big nine. The project aims at empowering women for increasing prosperity of people of Supiori, Papua. “That project is a Student Community Service project that I have done with other UGM students in Supiori in the middle of 2015,” she explained.
Nela said she learned more knowledge during the negotiation and diplomacy sessions in the HNMUN as well as expanding networks.
“We highly appreciated UGM and PT. Angkasa Pura II and all that have supported us so we could participate in the HNMUN. I hope our participation can inspire and motivate other students to keep playing a role in various activities and make the university proud,” she concluded.
Authorized
π
Proyek Sosial Mahasiswa XLFL Mulai Diterapkan
KBRN, Surabaya: Berbagai proyek sosial dengan memanfaatkan teknologi digital diusung oleh para mahasiswa XL Future Leaders (XLFL). Melalui ajang XL Social Innovation Project 2016 yang telah diluncurkan pada Mei 2016 lalu, saat ini sebagian proyek usulan mereka telah mulai dikerjakan dan bahkan sudah ada yang selesai hingga tahap prototype.
Ragam proyek mereka sangat beragam menyasar berbagai sektor, mulai aplikasi untuk membantu memahami motif batik serta filosofi di balik motif tersebut termasuk membantu pemasaran Batik di Yogya, solusi digital untuk pengaturan peminjaman buku perpustakaan, edukasi pencegahan pelecehan seksual pada anak, hingga penciptaan Gear Virtual & Augmented Reality untuk belajar sejarah di museum.
Vice President Corporate Communication and Sustainability XL, Turina Farouk mengatakan, proyek mereka merupakan solusi atas persoalan masyarakat di sekitarnya. Ajang ini untuk mengasah kepekaan mereka atas problema yang ada dan sekaligus mencari jalan keluarnya.
"Sebagai pemimpin, mereka tidak boleh abai dengan kondisi masyarakat. Ilmu dan keahlian yang sudah mereka dapatkan di sekolah, kampus, dan program XL Future Leaders harus bisa diterapkan secara nyata untuk mengabdi pada masyarakat," jelasnya, Selasa (16/8/2016).
Menurut Turina, hampir seluruh proposal yang diajukan sudah mengacu pada problem sosial yang terjadi nyata di masyarakat. Beberapa sangat khas suatu daerah, namun banyak juga yang umum terjadi di berbagai daerah. Karena itu, sebagian besar proyek penciptaan solusi yang sedang dikerjakan oleh peserta sebenarnya sangat sesuai untuk diterapkan di mana saja. Dia menyebut misalnya solusi pencegahan pelecahan seksual, edukasi kerukunan warga lintas agama dan etnis,
Salah satu proyek yang saat ini sedang diselesaikan adalah aplikasi untuk membantu pemasaran Batik. Aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang memudahkan wisatawan dalam mendapatkan produk batik di Yogyakarta dan sekitarnya. Fitur tersebut antara lain peta toko-toko Batik atau tempat di mana wisatawan bisa belanja batik. Ada juga fitur yang menjelaskan ragam aneka motif dan jenis batik. Selain itu, juga ada ruang percakapan yang bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara interaktif antara penjual dan pembeli. Aplikasi ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk saluran belanja batik secara online yang bisa dimanfaatkan oleh para perajin.
Selanjutnya ada proyek pembuatan aplikasi untuk mempermudah akses ke berbagai e-book di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Proyek ini bahkan sudah mulai diterapkan di sebuah SMA Negeri di Kendari, Sulawesi Tenggara. Aplikasi ini berbasis website yang bisa dijalankan secara offline atau via jaringan intranet. Dengan demikian para siswa tidak memerlukan pulsa untuk bisa mengakses layanan ini melalui smartphone atau laptop-nya.
Sebagai percobaan, proyek yang dikerjakan oleh mahasiswa Kendari ini akan dikembangkan terus hingga setiap kelas di sekolah tersebut bisa mendapatkan akses. Mereka berencana untuk menawarkan aplikasi ini kepada sekolah-sekolah menengah yang ada di kota tersebut. Dengan aplikasi ini akan memaksimalkan bukan saja keberadaan e-book yang telah disediakan oleh pemerintah, namun sekaligus juga memaksimalkan pemanfaatan perangkat smartphone dan komputer jinjing yang dimiliki oleh siswa untuk kegiatan belajar.
Proyek yang memanfaatkan teknologi digital juga dikerjakan oleh para mahasiswa dengan tujuan mempermudah para remaja dan anak-anak dalam mengenal jejak sejarah bangsa Indonesia. Mereka prihatin dengan fenomena pelecehan nilai-nilai sejarah oleh para remaja di sejumlah tempat yang disinyalir karena kurang paham mengenai sejarah bangsanya sendiri.
Proyek tersebut menghasilkan karya yang cukup kreatif, yang memadukan konten pelajaran sejarah dengan teknologi Virtual & Augmented Reality dan perangkat Gear VR yang sedang menanjak popular di seluruh dunia. Perangkat tersebut bisa menampilkan obyek-obyek 3D yang ada di museum-museum sejarah, yang kemudian dikemas sebagai materi edukasi. Mereka merancang karya ini yang ditujukan bagi kalangan remaja dan anak-anak, dengan materi edukasi yang disesuaikan dengan usia masing-masing kelompok.
Proyek lain yang sedang dibangun oleh para mahasiswa peserta program XL Future Leaders juga berupa respon atas fenomena sosial terkini. Misalnya, di Bengkulu, mereka berinisiatif melakukan edukasi kepada masyarakat untuk ikut mencegah pelecehan seksual terhadap anak. Mereka memanfaatkan materi kampanye yang sudah banyak terdapat di jaringan internet, termasuk materi dari instansi terkait. Materi tersebut mereka kemas dalam suatu cerita sehingga mudah untuk dicerna oleh masyarakat awam, termasuk anak-anak muda dan remaja.
Di Medan, Sumatera Utara, para mahasiswa bertekat mengimplementasikan ide untuk melakukan kampanye mendorong kerukunan antar umat beragama dan etnis. Proyek sosial ini sudah berjalan melalui sosial media Path dan Instagram. Pendekatan melalui media lokal di medan juga telah dilakukan. Juga menggelar diskusi dengan organisasi kemasyarakatan setempat.
Di Surabaya, para mahasiswa membantu anak-anak panti asuhan dalam memasuki dunia kerja. Bekerjasama dengan salah satu operator ojek online yang cukup popular, mereka memberikan kesempatan kepada anak-anak panti asuhan tersebut untuk menyediakan jasa membersihkan rumah. Satu contoh proyek sosial yang juga menarik ada di Pontianak, di mana para mahasiswa mencoba mengajak para pemulung untuk membangun “bank sampah”.
Program XL Social Innovation Project 2016 diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Aceh, Padang, Medan, Palembang, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Makasar, Kendari, dan Menado. Juga di sejumlah kota yang berada di provinsi Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan.
Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan rencana proyeknya mulai Mei 2016 dan diharapkan telah selesai pada Oktober 2016. Setelah terwujud, XL mendorong para mahasiswa untuk mewariskan ke masyarakat. Keterlibatan masyarakat adalah kunci dari program ini. Jadi semua inovasi akan dikembalikan kepada masyarakat. (Anik/AKS)
Ragam proyek mereka sangat beragam menyasar berbagai sektor, mulai aplikasi untuk membantu memahami motif batik serta filosofi di balik motif tersebut termasuk membantu pemasaran Batik di Yogya, solusi digital untuk pengaturan peminjaman buku perpustakaan, edukasi pencegahan pelecehan seksual pada anak, hingga penciptaan Gear Virtual & Augmented Reality untuk belajar sejarah di museum.
Vice President Corporate Communication and Sustainability XL, Turina Farouk mengatakan, proyek mereka merupakan solusi atas persoalan masyarakat di sekitarnya. Ajang ini untuk mengasah kepekaan mereka atas problema yang ada dan sekaligus mencari jalan keluarnya.
"Sebagai pemimpin, mereka tidak boleh abai dengan kondisi masyarakat. Ilmu dan keahlian yang sudah mereka dapatkan di sekolah, kampus, dan program XL Future Leaders harus bisa diterapkan secara nyata untuk mengabdi pada masyarakat," jelasnya, Selasa (16/8/2016).
Menurut Turina, hampir seluruh proposal yang diajukan sudah mengacu pada problem sosial yang terjadi nyata di masyarakat. Beberapa sangat khas suatu daerah, namun banyak juga yang umum terjadi di berbagai daerah. Karena itu, sebagian besar proyek penciptaan solusi yang sedang dikerjakan oleh peserta sebenarnya sangat sesuai untuk diterapkan di mana saja. Dia menyebut misalnya solusi pencegahan pelecahan seksual, edukasi kerukunan warga lintas agama dan etnis,
Salah satu proyek yang saat ini sedang diselesaikan adalah aplikasi untuk membantu pemasaran Batik. Aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang memudahkan wisatawan dalam mendapatkan produk batik di Yogyakarta dan sekitarnya. Fitur tersebut antara lain peta toko-toko Batik atau tempat di mana wisatawan bisa belanja batik. Ada juga fitur yang menjelaskan ragam aneka motif dan jenis batik. Selain itu, juga ada ruang percakapan yang bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi secara interaktif antara penjual dan pembeli. Aplikasi ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk saluran belanja batik secara online yang bisa dimanfaatkan oleh para perajin.
Selanjutnya ada proyek pembuatan aplikasi untuk mempermudah akses ke berbagai e-book di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Proyek ini bahkan sudah mulai diterapkan di sebuah SMA Negeri di Kendari, Sulawesi Tenggara. Aplikasi ini berbasis website yang bisa dijalankan secara offline atau via jaringan intranet. Dengan demikian para siswa tidak memerlukan pulsa untuk bisa mengakses layanan ini melalui smartphone atau laptop-nya.
Sebagai percobaan, proyek yang dikerjakan oleh mahasiswa Kendari ini akan dikembangkan terus hingga setiap kelas di sekolah tersebut bisa mendapatkan akses. Mereka berencana untuk menawarkan aplikasi ini kepada sekolah-sekolah menengah yang ada di kota tersebut. Dengan aplikasi ini akan memaksimalkan bukan saja keberadaan e-book yang telah disediakan oleh pemerintah, namun sekaligus juga memaksimalkan pemanfaatan perangkat smartphone dan komputer jinjing yang dimiliki oleh siswa untuk kegiatan belajar.
Proyek yang memanfaatkan teknologi digital juga dikerjakan oleh para mahasiswa dengan tujuan mempermudah para remaja dan anak-anak dalam mengenal jejak sejarah bangsa Indonesia. Mereka prihatin dengan fenomena pelecehan nilai-nilai sejarah oleh para remaja di sejumlah tempat yang disinyalir karena kurang paham mengenai sejarah bangsanya sendiri.
Proyek tersebut menghasilkan karya yang cukup kreatif, yang memadukan konten pelajaran sejarah dengan teknologi Virtual & Augmented Reality dan perangkat Gear VR yang sedang menanjak popular di seluruh dunia. Perangkat tersebut bisa menampilkan obyek-obyek 3D yang ada di museum-museum sejarah, yang kemudian dikemas sebagai materi edukasi. Mereka merancang karya ini yang ditujukan bagi kalangan remaja dan anak-anak, dengan materi edukasi yang disesuaikan dengan usia masing-masing kelompok.
Proyek lain yang sedang dibangun oleh para mahasiswa peserta program XL Future Leaders juga berupa respon atas fenomena sosial terkini. Misalnya, di Bengkulu, mereka berinisiatif melakukan edukasi kepada masyarakat untuk ikut mencegah pelecehan seksual terhadap anak. Mereka memanfaatkan materi kampanye yang sudah banyak terdapat di jaringan internet, termasuk materi dari instansi terkait. Materi tersebut mereka kemas dalam suatu cerita sehingga mudah untuk dicerna oleh masyarakat awam, termasuk anak-anak muda dan remaja.
Di Medan, Sumatera Utara, para mahasiswa bertekat mengimplementasikan ide untuk melakukan kampanye mendorong kerukunan antar umat beragama dan etnis. Proyek sosial ini sudah berjalan melalui sosial media Path dan Instagram. Pendekatan melalui media lokal di medan juga telah dilakukan. Juga menggelar diskusi dengan organisasi kemasyarakatan setempat.
Di Surabaya, para mahasiswa membantu anak-anak panti asuhan dalam memasuki dunia kerja. Bekerjasama dengan salah satu operator ojek online yang cukup popular, mereka memberikan kesempatan kepada anak-anak panti asuhan tersebut untuk menyediakan jasa membersihkan rumah. Satu contoh proyek sosial yang juga menarik ada di Pontianak, di mana para mahasiswa mencoba mengajak para pemulung untuk membangun “bank sampah”.
Program XL Social Innovation Project 2016 diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Aceh, Padang, Medan, Palembang, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Makasar, Kendari, dan Menado. Juga di sejumlah kota yang berada di provinsi Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan.
Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan rencana proyeknya mulai Mei 2016 dan diharapkan telah selesai pada Oktober 2016. Setelah terwujud, XL mendorong para mahasiswa untuk mewariskan ke masyarakat. Keterlibatan masyarakat adalah kunci dari program ini. Jadi semua inovasi akan dikembalikan kepada masyarakat. (Anik/AKS)
Authorized
π
SUPER! PROYEK SOSIAL MAHASISWA ELEKTRO ITS DIDANAI 7000 EURO OLEH TOTAL CAMPUS (FanPAGE)
Indonesia patut berbangga pasalnya tiga orang Mahasiswa Teknik Elektro ITS berhasil menjadi yang terbaik di dunia tahun ini. Tiga orang Mahasiswa Teknik Elektro ITS yaitu Ahmad Febri, Ranik Chairunnisa, dan Okto Fenno yang mewakili tim Power System Simulation Laboratory (PSSL ITS) berhasil menjadi yang terbaik dalam ajang Total Campus 2016 kategori Innovate Grant. DIketuai oleh Ahmad Febri, tim ini mengusung proyek sosial yang berhasil didanai senilai 7000 Euro oleh perusahaan minyak dan gas asal Prancis itu. Bersama satu tim lain asal METZ Prancis, tim PSSL ITS berhasil mengungguli kelima pesaingnya melalui proses penilaian dan juga voting online.
Proyek sosial yang diajukan yaitu sebuah laboratorium komputer terapung bertenaga matahari yang akan diterapkan di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Setelah sebelumnya Puskesmas Apung telah lebih dahulu dikenal, diharapkan kapal laboratorium komputer ini juga dapat menjangkau sekolah-sekolah maupun desa-desa di bantaran Sungai Mahakam yang sulit dijangkau. “Kami sangat optimis kapal ini dapat segera beroperasi dalam setahun ke depan sehingga mampu memberikan dampak sosial yang nyata sehingga kami sebagai mahasiswa dapat secara langsung membangun Indonesia” ungkap Okto Fenno yang mengaku bahwa kapal ini nanti akan menerapkan salah satu hasil riset laboratorium di Teknik Elektro ITS. Laboratorium komputer yang dibangun di atas kapal ini nantinya akan memanfaatkan pengoptimalan daya keluaran photovoltaic menggunakan teknologi Maximun Power Point Tracker (MPPT) yang terintegrasi dengan sistem kecerdasan buatan untuk sumber listrik sebagai salah satu keunggulannya.
“Kami bangga karena ini merupakan langkah awal kami sebagai mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu kami kepada masyarakat” ungkap Ahmad Febri. Rencananya dana 7000 Euro yang diperoleh akan digunakan untuk membangun kapal dan perlengkapan lain yang dibutuhkan seperti photovoltaic maupun peralatan komputer. Namun ke depannya masih dibutuhkan dukungan dari institusi lain seperti Alumni, dan juga perusahaa swasta, pemerintah daerah setempat maupun lembaga sosial seperti Indonesia Mengajar. Sampai saat ini kendala terbesar yang dihadapi oleh tim ini yaitu lokasi Sungai Mahakam yang jauh sehingga survey sulit dilakukan.
Prestasi dan kepercayaan untuk mengabdikan langsung teknologi untuk masyarakat yang membutuhkan ini merupakan sebuah bukti bahwa Mahasiswa Indonesia khususnya Teknik Elektro ITS tidak kalah bersaing di kancah internasional. “Semoga proyek ini menjadi insprasi bagi mahasiswa-mahasiswa di seluruh Indonesia khususnya adik-adik kami di Teknik Elektro ITS. Kami yakin mereka lebih luar biasa dibanding prestasi kami ini” ungkap Ranik Chairunnisa.
0 Comment:
Post a Comment